Satu buah Esai #1
Esai oni #1
Satu buah Esai
Ditulis oleh Suci Laoni
04/06/2020, 10:21 a.m.
Dibalik Tirai dari sebuah
Sastra yang Memanusiakan
Mari ikuti saya menyusuri tiap
lorong, pintu, dan kumpulan kepala yang berisi roh-roh tak tahu diri tetapi
penuh kepercayaan diri. Mereka yang termakan realita tanpa ada makna dan penuh
tipu daya berpura-pura menjadi manusia seutuhnya. Tampaklah tuan dan nona-nona
bergaun indah baginya, para buruh serta dari kasta lainnya. Nona-nona itu
(katanya) mengangkat gaun mereka dan dengan pede-nya melemparkan tomat busuk
yang mereka tanam dari hatinya ke atas panggung Kesenian Dunia. Tak segan tomat
yang terpantul mereka injak kembali dan banyak suara terlontar dari otak mereka,
“Sedang apa kau ini, hah?! Sudah turun saja, membosankan, tidak jelas, urusi
saja yang lebih penting, itu terlalu mudah untuk diurusi. Jadilah realistis
seutuhnya, itu akan membuang-buang uanngmu, waktu, tenaga dan pikiran.
Sudah-sudah, gabut sekali kau ini ya?
Seperti tidak ada hal yang lebih penting saja.” Bagaimana menurutmu dengan
pernyataan-pernyataan makhluk-makhluk tak kasat mata itu? Ya, itulah yang
sering diutarakan oleh sebagian pemikiran yang terlalu memandang rendah kepada
suatu hal yang disebut ‘Sastra’. Tak jarang hal ini bisa terjadi dikarenakan
kurangnya literasi baik individu maupun kelompok.
Sebagian dari mereka mengutarakan
pemikiran yang disampaikan baik secara langsung maupun tidak langsung telah
meyembunyikan makna ‘remeh’ dari ‘Sastra’ itu sendiri. Terkadang kita sebagai
manusia yang juga mudah sekali termakan oleh pemikiran yang semestinya belum
tentu benar adanya. Dikarenakan kurangnya edukasi antar keduanya dan bisa jadi terlalu
sering berpikiran negatif tentang suatu hal. Tak sedikit yang berpikiran,
memandang atau berpendapat tentang sastra dari sisi negatif atau pun meremehkan
kata tersebut bagi kehidupan manusia. Perlu diketahui bahwa sebetulnya makna
sastra sendiri tidak senegatif yang mereka pikirkan.
Wicaksono
menyebutkan (2014, hal 1)sastra
yang merupakan seni kreatif
yang objeknya adalah manusia dan kehidupan dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya , malah lebih dari itu bahkan
sastra berperan menghidupkan kehidupan manusia dan memanusiakan manusia. Kamus Umum
Bahasa Indonesia menyatakan bahwa kata ‘Manusia’ adalah makhluk yang berakal
budi (mampu menguasai makhluk lain). Sedangkan, dalam kamus besar bahasa
indonesia istilah memanusiakan manusia merupakan upaya untuk membuat manusia
menjadi berbudaya ( Siahaan, 2015). Istilah tersebut pastilah sangat erat
kaitannya dari makna sastra sendiri. Memanusiakan manusia yang sebetulnya hanya
salah satu manfaat dibalik sebuah karya sastra lainnya, namun memiliki makna
secara sosial yang begitu mendalam untuk dipaparkan secara nyata bagaimana
kandungannya kedapa khalayak umum.
Kontradiksi lain yang juga muncul dari beberapa pandangan awam mengenai
sastra bahwa sastra sendiri jauh dari realitas kehidupan dan terlalu idealis.
Sayangnya pernyataan Wicaksono(2014, hal 4) telah menampar pemikiran tersebut bahwa kenyataan yang
dilahirkan sastra, dalam hubungan ini adalah suatu karya imajiner "a reflected reality" (realitas yang
direfleksikan)." Dari pernyataan
tersebut secara jelas tertuliskan bahwa sastra malah dapat menjadi wadah untuk
menyalurkan realitas kehidupan manusia. Bedanya, terkadang kejadian-kejadian
nyata dari kehidupan manusia yang seseungguhnya disampaikan dengan cara berbeda
dari biasanya. Penyampaiannya yang unik menjadikan sastra
sebagai seni berbahasa. Sastra adalah ungkapan spontan dari perasaan yang
mendalam. Sastra adalah ekspresi pikiran (pandangan, ide, perasaan, pemikiran)
dalam bahasa. (Wicaksono, 2014:4)
Wicaksono
Menambahkan (2014, hal 3) Karya sastra lahir
melalui perenungan imajinasi pengarang dengan realitas sosial yang ada dan
berkembang dil masyarakat. Ide-ide yang diekspresikan dalam karyanya tidak
dapat dipisahkan dari situasi kehidupan masyarakat. Sesuatu yang dilihat,
diamati, dialami, dan dirasakan oleh pengarang dalam lingkungannya termasuk
lingkungan sosialnya, dikemas sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah karya
sastra, baik berupa novel, cerpen, drama maupun puisi. Pernyataan itu pula tak hanya memperjelas namun
menguatkan bukti nyata bahwa sastra sebagai realitas dari kehidupan kita yang
penyampaiannya tidak mainstream
dikalangan umat manusia saat ini.
Kita terkadang
merasa bahwa sasta juga dikaitkan dengan sebuah protes, sebuah kritisasi yang
terjadi untuk mengkritisi kejadian dimasyarakat, atau penyelewangan baik
kesenjangan maupun kekacauan yang terjadi secara sosial. Disitulah peran sastra
yang mencoba menyadarkan khalayak umum dengan membukakan mata dan mencoba
memanusiakan manusia yang bisa disampaikan olehnya baik seni maupun literasi.
Sastra baik secara lisan, tulisan maupun tingkah laku selalu mencoba menjadikan
manusia tidak hanya mendidik namun menjaadi peka terhaadap apa saja yang
terjadi di sekitar kita. Menjadi sadar bagaimana arti dari peran manusia yang
sesungguhnya dan sastra akan terus membantunnya.
Perlu diketahui bahwa hal tersebut menjadikan kita sadar bagaimana pentinya
sastra bagi kehidupan umat manusia. Itulah pentingnya edukasi bahwa sastra
mencoba memanusiakan manusia seutuhnya dan kita sebagai generasi muda teruslah
untuk mengembangkan sastra agar lebih bermanfaat bagi semesta. Karena manusia
sendiri yang menjadi poros utama bergeraknya sastra yang mencoba untuk
memanusiakan dirinya sendiri. Protes itu seakan menjadi alat penggerak sastra
untuk menyadarkan manusia yang terkadang terlalu egois atas dirinya sendiri dan
lupa apa gunanya ia dilahirkan ke bumi yang fana ini. Literasi dan seni menjadi
salah satu pilihan dari berbagai jalan yang ada bagi para sastrawan atau
seniman untuk menuangkan ide-ide dan pemikirannya mengenai sastra yang memanusiakan
itu. Tak berhenti sampai disini, dan layaknya tanaman yang telah berbuah namun
diinjak-injak dengan sengaja, akan
sia-sia bila tulisan ini tidak diimplementasikan secara nyata oleh manusia
tersebut. Terimakasih.
Daftar Pustaka
Wicaksono,
Andri (2014). Menulis Kreatif Sastra dan
Beberapa Model Pembelajarannya.
Sleman:
Garudhawaca.
http://kbbi.web.id/manusia.html diakses pada tanggal 4 Juni
2020
Siahaan, Palti ( 2015, Juni
24). Memaknai Kata “Memanusiakan Manusia”. [Unggahan blog].
Comments
Post a Comment